Rabu, 28 Mei 2008

Cara Sterilisai Alat

Cara Sterilisai Alat


Alat

Cara sterilisasi

Pustaka

Beaker, corong, erlenmeyer, botol infuse, vial, ampul, botol tetes mata/larutan cuci mata

Oven 150oC, 1 jam

Oven 250oC, 15 menit

FI III

FI IV

Gelas ukur, kertas saring

Otoklaf 115-116oC, 30 menit

Otoklaf 121oC, 15 menit

FI III

FI IV

Batang pengaduk, spatula, pinset, kaca arloji, penjepit besi, pipet tetes

Direndam dalam alkohol selama 30 menit

Watt 1/45

Karet pipet tetes, tutup vial, tutup botol infuse, tutup botol tetes mata/cuci mata

Rebus dengan air mendidih selama 30 menit

Watt 1/45

Mortir, stamper

Dibakar dengan etanol 95%

Buret

Larutan perasetat dimasukkan ke dalam buret selama 30 menit

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995. hal. (…..)

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995. hal. (….)

3. Kibbe, AH. Handbook of pharmaceutical Excipients. Third Edition. Washington D.C: American Pharmaceutical Association; 2000. hal 7, 35, 407, 433.

4. Connors, KA.Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi Kedua. Semarang: IKIP Semarang Press; 1992. Hal 268.

5. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal. 1355.

6. Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press; 1998 hal. 105, 401.

7. BNF 37, Royal Pharmaceutical Society of Great Britain/British Medical Association; Maret 1999. hal. 169.

8. British Pharmacopeia. Volume III. London: The Stationery Office; 2007. hal.2419.

9. Trissels, LA. Handbook of Steril Injection. 11th Edition. hal. 402.

10. Turco S, King RE. Sterile Dosage Forms. Second edition. Philadelphia: Lea & Febiger; 1979.

11. Sprowls JB, Prescription Pharmacy Dosage Formulation and Pharmaceutical Adjuncts Second Edition; United States of America; J.B. Lippincott Company; 1970.

12. Drug Information, American Society of Healthy System Pharmacists, 2003.

13. Reynold, James EF, Martindale the extra pharmacopeia, Twenty-eight edition. The pharmaceutical press : London, 1982.

14. Evory MC, Gerald K. Drug Information. USA: American Society of Health System Pharmacist; 2003.

15. Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1995.

16. Sutono, T. DOI (Data Obat di Indonesia). Edisi 7. PT. Grafidian Jaya: Jakarta, 1990.

17. The United States Pharmacopeia. The Nasional Formulari 23. Volume I. United States Pharmacopeia Convention Inc.: Washington, D.C

Evaluasi

EVALUASI

IPC ( In Process Control )

Uji pH ( FI IV hal. 1039 – 1040 )

Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.

Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.

Uji kejernihan ( Lachman hal. 1355 )

Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahay yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.

QC ( QUALITY CONTROL )

Uji pH ( FI IV hal. 1039 – 1040 )

Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.

Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.

Uji kejernihan ( Lachman hal. 1355 )

Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.

Uji keseragaman volume ( FI IV hal. 1044 )

Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume secara visual.

Uji kebocoran (lachman III hal 1354)

Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku

Uji kebocoran

Letakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 – 1% ) dalam ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi ke dalam lubang, dapt dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya.

Catatan penting : jangan ditulis di proposal ujian, uji kebocoran hanya untuk ampul

Uji sterilitas ( FI IV hal. 855 )

Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25oC

Kekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril )

Metode uji :

Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi 2 bagian ) lalu diinkubasi

Prosedur uji:

Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan.

Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji, inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.

Catatan : Jangan ditulis di proposal ujian, kalo sediaan itu ada pengawet, uji sterilitasnya menggunakan inokulasi langsung, jika sediaan itu tidak mengandung pengawet uji sterilitasnya menggunakan filter membran

Penetapan kadar

Uji pirogenitas

Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)

Asas :

Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci yang telah disuntikkan dengan larutan ≤ 10 mg/Kg BB dalam vena auricularis.

Cara :

- Setiap penurunan suhu dianggap nol

- Memenuhi syarat : tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5ºC atau lebih

- Jika ada kelinci dengan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih, lanjutkan dengan kelinci tambahan

- Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor kelinci dari 8 kelinci masing-masing menunjukkan kenaikkan suhu 0,5ºC atau lebih dan jumlah kenaikkan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC.

Cara kerja Otoklaf dan LAF

CARA KERJA

Menggunakan metode Sterilisasi akhir dengan Otoklaf

· Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

· Kalibrasi botol infus, vial, botol tetes mata/larutan cuci mata

· Sterilisasikan alat – alat dan botol infus, tetes mata,

· Buat aqua pro injeksi ( aqua mendidih , setelah mendidih 15 menit ,

+ H2O2, lalu panaskan 15 menit, lalu dinginkan )

· Larutkan zat aktif dalam pelarutnya…...(jika ada yang perlu diserus, maka zat aktif digerus terlebih dahulu, untuk meningkatkan kelarutan)

· Tambahkan aqua pro injeksi ad ....

· Tambahkan norit 15 menit sambil aduk (khusus infus)

· Cek pH (berdasarkan pH sediaan)

· Saring dengan kertas saring steril rangkap ad jenuh(khusus infus)

· Masukan dalam wadah

· Lakukan sterilisasi dalam autoklaf 121oC, 15 menit

· Diberi etiket, dikemas dalam dus dan diserahkan

Menggunakan teknik aseptik dalam ruangan LAF

· Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

· Kalibrasi botol, vial, botol tetes mata/larutan untuk cuci mata

· Buat aqua pro injeksi ( aqua mendidih , setelah mendidih 15 menit , + H2O2, lalu panaskan 15 menit, lalu dinginkan )

· Timbang bahan-bahan yang digunakan

· Sterilkan semua alat dan bahan yang digunakan sesuai dengan cara sterilisasi masing-masing.

· Larutkan bahan-bahan dalam aqua p.i.

· Cek pH.

· Lakukan sterilisasi dengan cara filtrasi menggunakan filter membran 0,22 µm di LAF (dispensasi menggunakan kertas saring), lalu masukkan dalam wadah, tutup

· beri etiket.

PENETAPAN VOLUME INJEKSI PADA WADAH

PENETAPAN VOLUME INJEKSI PADA WADAH

(VOLUME KELEBIHAN)

(FI IV hal. 1044)

Volume tertera dalam penanndaan

Kelebihan volume yang dianjurkan

Untuk cairan encer

untuk cairan kental

0,5 ml

0,10 ml

0,12 ml

1,0 ml

0,10 ml

0,15 ml

2,0 ml

0,15 ml

0,25 ml

5,0 ml

0,30 ml

0,50 ml

10,0 ml

0,50 ml

0,70 ml

20,0 ml

0,60 ml

0,90 ml

30,0 ml

0,80 ml

1,20 ml

50.0 ml

Atau lebih

2%

3%

Formula Infus

FORMULA INFUS

Infus iv glukosa NaCl (pengganti cairan tubuh, infus mengandung karbohidrat)

Glukosa 5%

NaCl q.s

Aqua p.i ad 500 ml

Perhitungan Tonisitas

Þ Perhitungan ekivalensi NaCl

E = 17 x L

M

E = 17 x 1,9

198,17

E = 0,163

Tonisitas

Glukosa = 5 % x 0,0163 = 0.815 %

NaCl = a x 1 = a

0,9 % (isotonis)

a = 0,085 %

Formula jadi

Glukosa 5 %

NaCl 0,085 %

Aqua p.i ad 500 ml

Dibuat 2 botol infus @ 500 ml, total volume infus 1000 ml

Glukosa = 5 % x 1000 = 50 g

NaCl = 0,085 % x 1000 = 0,85 g

Volume = 1000 ml + ( 10 % x 1000 )

= 1100 ml

Glukosa = 1100 x 50 g + 5 % x 1100 x 50 g 1000 1000

= 57,75 g

NaCl

= 1100 x 0,85 g + 5 % x 1100 x 0,85 g

1000 1000

= 0,98175 g

Norit = 0,1 % x 1100 = 1,1 g

H2O2 = 0,1 % x 1100 = 1,1 g

Tiap 500 ml mengandung

Glukosa 25 g

NaCl 0,425 g

Aqua p.i ad 500 ml

Infus Uiv ntuk penderita diare berat

Locke Ringer

Formula dasar (FI IV hal 1175)

NaCl 9,0 g

KCl 0,42 g

CaCl2 0,24 g

MgCl2 0,2 g

NaHCO3 0,5 g

Dekstrosa 0,5 g

Agua p.i ad. 1000ml

Formula jadi : ad. 500ml (ambil ½ nya)

Latar belakang :

- Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat

- Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2

- Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas

Perhitungan tonisitas:

v = Σ (w x E) x 111,1

= [(4,5 x 1) + (0,21 x 0,76) + (0,12 x 0,51) + (0,50 x 0,16) + (0,25 x 0,65)] x 111,1

= 551,4226 mL

% tonisitas = 551,4226/500 x 0,9 = 0,993 %

Injeksi iv mengandung glukonat

formula

Ca glukonat 5 meq /l ( steril DF hal 248)

NaCl q.s

Aqua PI ad 500 ml

Latarbelakang

Ca glukonat untuk memenuhi kebutuhan Ca tubuh

NaCl untuk membuat larutan isotonis

Pembuatan : otoklaf

Spesifik : 1 g Ca glukonat 4,5 mEq Ca ( DI 88 hal 1401)

Kebutuhan tubuh 4,5-5,5 mEq kalsium perhari

Dipilih dosis 4,5 mEq

1 g Ca. glukonat (monohidrat) ~ 4,5 mEq kalsium

Dikonversi menjadi :

4,5 mEq x 1 g = 1 g

4,5 mEq

Maka, formula menjadi :

Ca glukonat 1 g

Aqua pro injeksi ad 1000 mL

Tonisitas

E NaCl = 0,18

Ca glukonat 1g → 1 g/100 mL = 0,1 %

0,1 % x 0,18 = 0,018 % (hipotonis)

Pengisotonis (NaCl) = 0,9 % – 0,018 % = 0,882 %

Maka, NaCl yang dibutuhkan:

0,882 % x 100 mL/ 1000 mL = 8,82 g

Maka, formula menjadi :

Ca glukonat 1 g

NaCl 8,82 g

Aqua pro injeksi ad 1000 mL

Perhitungan lihat di infus lain!!!!!

Injeksi iv glukosa 10%

Formula

Glukosa 10%

NaCl q.s

Aqua p.i ad. 500ml

Latar belakang

- Glukosa sebagai zat aktif untuk menambah energy pada pasien yang kehilangan banyak cairan tubuh karena diare berat, hipoglikemik, dehidrasi

- Pembuatan : Sterilisasi akhir (otoklaf 121OC, 15 menit)

Tonisitas:

Lihat infus lain!!!

Perhitungan:

Lihat infus lain!!!!

Infus iv ammonium klorida

(Alkalosis metabolik)

Tiap 100 ml mengandung (Martindale hal 1085)

Ammonium klorida 1%

(pemilihannya tergantung kondisi pasien sesuaikan dengan pendahuluan)

Aqua pi ad 100 ml

Sterilisasi : otoklaf

Latar belakang:

o Pada formula ini digunakan zat aktif tersebut karena pada penyakit alkalosis metabolik terjadi kelebihan basa. Oleh karena itu kelompok kami memilih zat aktif tersebut untuk mengembalikan suasana kelebihan basa menjadi netral, infus ini dapat juga untuk cairan pengganti elektrolit.

o Pada formula ini juga ditambahkan zat aktif ammonium klorida karena biasanya orang atau pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang parah penyakit alkalosisnya yang ditandai dengan spasme dan kontraksi otot yang berkepanjangan (kejang) dan pada kondisi yang sudah parah segera diberikan ammonium klorida untuk menetralkan keadaan darah yang kelebihan basa.

o Pada formula ini digunakan aqua pro injeksi sebagai pelarut.

o Pada formula ini dari perhitungan tonisitas ternyata infus yang kami buat ini hipertonis. Oleh karena itu perlu diperhatikan tetesan tiap menitnya agar infus menjadi isotonis. Perlu diingat bahwa infus yang isotonis tetesan per menitnya adalah 2 ml per menit. Maka pada pemakaiannya infus ini diusahakan tetesan per menitnya kurang dari 2 ml.

o Pada formula ini dibuat 1 botol 100 ml karena hanya untuk pengelolaan alkalosis metabolik

o Pada formula ini infus diberikan secara intravena untuk segera dapat memberikan efek.

o Pada formula ini digunakan H2O2 untuk menghilangkan pirogen yang terdapat pada air untuk injeksi sedangkan norit digunakan untuk menghilangkan pirogen dari botol infus.

Perhitungan dan Penimbangan

Kesetaraan equivalent elektrolit

1 g NH4Cl ≈ 18,69 mEq Cl E3 = 1,12

NH4Cl : 2% x 100 ml = 2 g

Perhitungan tonisitas

V = [(W x E)] x 111,11

= [ (2 x 1,12)] x 111,11

= 248,8864 ml

% Tonisitas = Z ml / 100 ml x 0,9 %

= 248,8864 ml / 100 ml x 0,9 %

= 2,240 %

Kesimpulan :

Larutan infus ini hipertonis maka perlu diperhatikan tetesan per menitnya isotonis (0,9%) tetesan per menit = 2 ml / menit

Hipertonis (3,15%) maka tetesan permenitnya

= 0,9%/2,240% x 2 ml = 0,8036 ml

INFUS IV RINGER LAKTAT (Na laktat)

Infus intravena Na laktat, misal 2 botol

Formula dasar (DI 2003 hal 2474)

Na laktat 50 mEq

Aqua pi ad 300 ml

Formula jadi

(Sterilisasi akhir dengan otoklaf 121oC 15 menit)

Na laktat 83,33 mEq

Aqua pi ad 500 ml

Perhitungan

1 g Na laktat ~ 8,9 mEq Na laktat

(Martindale 28 hal 640)

83,3 mEq x 1 g = 9,36 g

8,9 mEq

E NaCl Na laktat = 0,55 (Sprowls hal 189)

V = (W x E) x 111,1

= (9,36 x 0,55) x 111,1 = 571,94 ml

% tonisitas = 571,94 ml x 0,9 %

500 ml

= 1,029%(hipertonis)

Maka di etiket ditulis:

Larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per meit, laju tetesan maksimal 5 ml/ menit

Penimbangan:

V = (v x n) + 10 % (vx n )

= (2 x 500) + 10 % (2 x 500)

= 1100 ml

Latar belakang

- Na laktat sebaga zat aktif dimana zat ini merupakan agen pengalkali yang digunakan sebagai sumber bikarbonat untuk pencegahan dan pengobatan asidosis metabolik ringan – seddang

- Tidak ditambah zat pengisotonis karena didapat larutan hipertonis dengan catatan laju tetesan tidak lebih dari 300 ml/jam (DI 2003 hal 2474)

- H2O2 untuk menghilangkan pirogen pada aqua pi karena injeksi vol. 10 ml harus bebas pirogen

- Norit untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat

INFUS IVPROTEIN

Formula jadi

Dosis : 5-10 % dalam air

Tiap botol mengandung (500 ml) :(Martindale P 49)

Arginin Hidroksida 5%

NaCl qs

Aqua p.i ad 100 ml

Alasan pemilihan formula: : takut hiperproteinemia

· Protein merupakan makromolekul, dimana monomernya adalah asam amino. Dipilih asam amino Arginin HCl karena merupakan salah satu asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh..

· Walaupun pada sediaan infus ini tidak mengandung pengawet, uji sterilisasinya dilakukan secara filtrasi karena volumenya yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk di inokulasi langsung.

Indikasi : pengobatan hyperammonaemia

Perhitungan Tonisitas

E arginin HCl = 17 L / M

L = ptb molal

M= BM Arginin

E = 17 x ( 1,9/ 210,7)

= 0,15

Arginin untuk 1 L = 40g

Hitung tonisitas: lihat di infuse lain!!!!

Perhitungan, lihat di infuse lain!!!

INFUS MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ION / ELEKTROLIT / DEHIDRASI

Formula Dasar: berdasarkan buku Steril Dossage Form hal 253-254, dilihat dari kandungan atau konsentrasi ion-ion (elektrolit) yang normal pada plasma.

Tiap Liter mengandung :

NaCl 135-145 mEq

KCl 3,5-5,0 mEq

CaCl2 5 mEq

MgCl2 2 mEq

Sehingga di buat infus dengan formula yang dipilih:

NaCl 70 mEq

KCl 2 mEq

CaCl2 2,5 mEq

MgCl2 1 mEq

Dekstrosa qs (ad isotonis)

Aqua pi ad 500 ml

Penimbangan (setiap 1 L)

NaCl = 2 x 70 mEq x 1g = 8,187 g

17,1 mEq

KCl = 2 x 2 mEq x 1g = 0,2985 g

13,4 mEq

CaCl2 = 2 x 2,5 mEq x 1g = 0,367 g

13,6 mEq

MgCl2 = 2 x 1 mEq x 1g = 0,204 g

9,8 mEq

V = {( W1 x E1 )+( W2 x E2 )+( W3 x E3 )+( W4 x E4 )} x 111,11

1100 = {( 9,006 x 1,0 )+( 0,328 x 0,76 )+( 0,4037 x 0,51 )+( 0,224 x 0,45 )+ (0,18 x W5)} x 111,11

1100 = {( 9,006 + 0,2493 + 0,206 + 0,1008 ) + (0,18 x W5) } x 111,11

1100 = {9,5621 + (0,18 x W5) } x 111,11

1100 = 1062,445 + 19,9998 x W5

37,555 = 19,9998 x W5

W5 = 1,8777 g

W5 = Dekstrosa yang dibutuhkan agar infus isotonis (0,9%)

% isotonis setelah penambahan dekstrosa = 0,9 %

Kandungan dekstrosa setiap botol infus

= 500/1100 x 1,8777 g = 0,8535 g ~ 0,854 g

INFUS iv DEKSTROSA NaCL

Rencana formula

Dekstrosa 5 %

NaCl q.s

Aqua p.i ad 500 ml

Perhitungan tonisitas:lihat tonisitas yang lain:

Latar Belakang Penetapan Formula

1. Dosis Dekstrosa untuk injeksi IV adalah 5% dan berfungsi sebagai penambah / pelengkap cairan tubuh.

2. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.

3. Tidak digunakan pengawet karena berdasarkan literatur (DI 88 hal. 1427) karena sediaan infus yang dibuat merupakan tekanan tunggal sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasinya mikroba sangat kecil.

INFUS IV MENGANDUNG NUTRISI

Formula:

Glucosa 5%

Arginin HCl qs

Vitamin C qs

Aqua.p.i ad 500 ml

Hitung tonisisitas!!!

INJEKSI LARUTAN GLISIN

Formula Dasar (DI hal 2556)

Glisin 15mg/ml

Aqua pi ad 500 ml

Formula jadi

Glisin 15 mg/ml

NaCl qs

Aqua pi ad 500 ml

Infuse iv glisin ( asupan protein)

(yuki punya)

Glisin 1,5 % ( martin 28 hal 53)

Aqua pi ad 500 ml

Pembuatan : otoklaf 121 ®c 15

HITUNG TONISISTAS!!!

:

INFUS IV NaCL

Formula:

NaCl 0,9%

Aqua pi ad 500 ml

INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT

Formula jadi :

Dekstrosa 5 % ( DI p. 2505 )

NaCl qs

Aqua pi ad 500 ml

Perhitungan tonisitas

E dekstrosa = 5 % x 0,16 = 0,8 %

NaCl yang dibutuhkan = 0,9 % - 0,8 % = 0,1 %

g NaCl = 0,1 g /100ml x 500 ml = 0,5 g

Rute = iv

Sterilisasi = autoklaf 121 ºC, 15 menit

INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ASIDOSIS (Na bikarbonat)

Formula :

Na Bikarbonat 5 mEq/kg BB

Aqua pi ad 500 ml

Latar Belakang :

Na. Bikarbonat dipilih sebagai zat aktif dimana Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang menghasilkan ion bikarbonat untuk pengobatan asidosis metabolit akut.

H2O2 untuk menghilangkan pirogen pada aqua pi sehingga diperoleh aqua bebas pirogen karena injeksi yang dibuat dengan volume lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.

Norit digunakan untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat karena injeksi yang bervolume besar harus bebas pirogen.

Perhitungan Dosis Infus Na bikarbonat

Dosis = 5 mEq / Kg BB (DI 2003 halaman 2472)

Sehingga dosis= 5 mEq

----------- x 50 Kg = 250 mEq

1 kg

Dosis (mEq) Yang diperoleh kurang lebih memenuhi untuk dosis pengobatan asidosis metaolik akut , dimana pemberian Na.bikarbonat utnuk asidosis metabolic akut yang konsentrasi nya serum bikarbonat ≤ 8 mEq/ L (DI 2003 hal 2471)

- Rentang ion bikarbonat normal pada orang dewasa 26-30 mEq steril sossage Form Hal 248)

- Rumus dosis mEq Na bikarbonat ( DI 2003 hal 2472)

- MEq NaHCO3 = 0,3 x 50 kg x ( 26-8) mEq/L

= 270 mEq

Dosis 250 mE kurang lebih memenuhi dosis pengobatan asidosis metabolik akut yang tertera pada mertindale 28 hal 634 yang sampI DENGAN 4,2% ( 0,5 % mmol / ml) dimana:

1g Na. Bikarbonat setara dengan 12 mEq ion Na dan bikarbat (Handbook injectable hal 1165)

Bobot Na bikarbonat

= 250 mEq

-------------- x 1 g = 20,83 g

12 mEq

Jadi dosis = 20,83 NHCO3/ 500 ml

= 4,167 g NaHCO3 / 100 ml

= 4,167 % NaHCO3

INFUS YANG MENGANDUNG NA, K, Ca, dekstrosa

Formula ( Formularium nasional edisi II 1978 hal 203 )

Tiap 500 ml mengandung :

NaCl 4,3 g

KCl 150 g

CaCl2 2,4 g

Aqua pi ad 500 ml

Rancangan formula

Tiap 500 ml mengandung :

NaCl 7,018 g

KCl 0,149 g

CaCl2 0,147 g

Dekstrosa 11,218 g

Aqua pi ad 500 ml

Latar belakang pemilihan formula

1. Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat infus yaitu larutan harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral sedangakan glukosa cair tidak cocok untuk sediaan parenteral.

2. Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.

3. Kalium merupakan kation utama dalam cairan intraseluler dan lebih penting dalam mengatur keseimbangan asam basa, tonisitas dan elektrodinersitas. Untuk menggantikan kalium yang hilang digunakan KCl yang lebih mudah larut dalam air.

4. Kalsium merupakan kation yang penting sebagai aktivator dan berbagai macam reaksi enzimatis, dipakai dalam bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air.

5. Norit digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang mungkin ada.

6. H2O2 digunakan untuk membebaskan pirogen dalam sediaan infus karena syarat untuk sediaan infus harus bebas pirogen.

7. Natrium merupakan kation mayor dalam cairan ekstraseluler. Fungsinya adalah pengontrol distribusi air, cairan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik dari cairan tubuh. NaCl digunakan karena larut dalam air dan digunakan sebagai natrium yang hilang

Penimbangan

NaCl : 120 mEq x 1g = 7,018 g

17,1 mEq

KCl : 2 mEq x 1g = 0,149 g

13,4 mEq

CaCl2 : 2 mEq x 1g = 0,147 g

13,6 mEq

Perhitungan isotonis

V = {( W1 x E1 ) + ( W2 x E2 ) + ( W3 x E3 )} x 111,1

= {(7,018 x 1) + (0,149 x 0,76) + (0,147 x 0,51)} x 111,1

= 800,57 ml

% Tonisitas = 800,57 ml x 0,9 %

1000 ml

= 0,72 %

Dekstrosa yang dibutuhkan agar infus isotonis :

V = 800,57 + ( 0,16 x W5 ) x 111,1

1000 = 800,57 – 17,7776 W5

199,43 = 17,7776 W5

W5 = 11,218 g

LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG

Rencara formula :

Formula I : NaCl fisiologis ( DI 2003 hal 2555 )

Formula II : Air steril pro injeksi (DI 2003 hal 2555 )

Formula III : Ringer ( DI 2003 hal 2556 ), isinya :

- NaCl 8,6 g

- KCl 0,3 g

- CaCl2 0,33 g

- Air ad 1000 ml

Usulan formula :

NaCl 0,9 %

Aqua p.i ad 500 ml

Alasan pemilihan formula :

* Hanya menggunakan NaCl saja karena untuk mencuci lambung ( DI )

* Menggunakan aqua p.i karena menggunakan metode sterilisasi akhir